Puasa Ramadhan yang banyak kita ketahui mampu memberikan manfaat yang baik pada peningkatan kualitas kesehatan, ternyata menjadi problem tersendiri ketika menderita penyakit kronis seperti diabetes.
Saat memiliki keinginan menjalankan ibadah puasa, penderita diabetes disarankan untuk konsultasi dengan dokter ahli dan tenaga medis di bidangnya.
" Penderita diabetes mengalami khawatir ketika berpuasa berakibat hipoglikemia yaitu kondisi kadar gula di dalam darah berada di bawah kadar normal," kata Dr Riyan Wahyudo di Rumah Sakit DKT Bandar Lampung.
Akan tetapi melakukan sesuai petunjuk dan saran dari dokter ahli, dengan berpuasa justru bisa memperbaiki stabilisasi kadar gula seseorang asal dilakukan dengan petunjuk dokter. "Ada pola sendiri, misalnya diet dan dengan mengonsumsi obat. Tanda-tanda hipoglikemia juga harus diketahui pasien sehingga perlu konsultasi dengan dokter," sambung Dr Riyan Wahyudo.
Riyan juga menganjurkan bagi penderita diabetes yang ingin berpuasa selama Ramadan, sebaiknya memahami gejala hipoglikemia, seperti tubuh yang berkeringat dingin, gemetar, jantung berdebar-debar, gangguan penglihatan, kejang, hingga penurunan kesadaran. Bila gejala tersebut timbul, penderita diabetes disarankan segera minum manis dan pergi ke fasilitas kesehatan.
Selain itu, orang dengan diabetes juga disarankan melakukan pengecekan rutin kadar gula darah, terutama saat timbul gejala hipoglikemia.
Khusus selama Ramadan, Riyan memberikan penekanan beberapa hal yang harus dihindari para penderita diabetes, seperti tidak mengonsumsi makanan secara berlebihan saat berbuka. Pola diet khusus orang dengan diabetes juga tetap harus dijalankan.
"Selain itu, jangan tidur setelah makan, terutama setelah sahur. Tetaplah lakukan aktivitas fisik dengan intensitas ringan hingga sedang untuk menjaga kondisi tubuh," ujar Riyan.
Puasa Aman bagi Penderita Diabetes
Berdasarkan pedoman yang dibuat oleh The International Islamic Fiqh Academy dan The Islamic Organization for Medical Sciences, penderita diabetes dibagi atas 4 kategori berdasarkan atas boleh tidaknya mereka berpuasa:1. Risiko rendah, boleh berpuasa
Pasien sehat dengan diabetes yang terkontrol oleh diet dan obat-obatan
Kadar HbA1C <7 p="">
2. Risiko sedang, dapat menjalankan puasa dengan hati-hati
Pasien sehat dengan diabetes yang terkontrol oleh diet, obat-obatan atau short acting insulin
Kadar HbA1C <8 p="">
3. Risiko tinggi, diperbolehkan tidak berpuasa
Nilai gula darah puasa atau gula darah sebelum puasa 150-300 mg/dl
Kadar HbA1C 8-10%
Memiliki komplikasi mikrovaskular (gangguan retina, ginjal, saraf) atau makrovaskular
Tinggal sendirian atau mendapat terapi sulfonilurea atau insulin
Pasien usia lanjut di atas 75 tahun
Pasien dengan penurunan fungsi ingatan berat, demensia, atau mendapat pengobatan yang mempengaruhi daya ingat
Adanya penyakit penyerta yang berat, seperti gagal jantung, stroke, kanker, atau darah tinggi yang tidak terkontrol
4. Risiko sangat tinggi, tidak direkomendasikan berpuasa
Pemeriksaan gula darah tinggi, dengan rata-rata nilai gula darah puasa atau gula darah sebelum puasa >300 mg/dl
Kadar HbA1C >10%
Hipoglikemia berat selama 3 bulan terakhir
Hipoglikemia berulang atau hipoglikemia yang tidak diketahui penyebabnya
Adanya komplikasi diabetes ketoasidosis atau hiperglikemia hiperosmolar
Diabetes tipe 1
Adanya penyakit akut
Pekerja fisik berat
Sedang hamil
Pasien dengan penurunan fungsi ingatan berat, demensia, atau mendapat pengobatan yang mempengaruhi daya ingat
Pasien yang sedang menjalani dialisis (cuci darah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar